Kisah Żul Qarnain
(Belantara)Kisah perjalanan Żul Qarnain
Dzulqarnain
(bahasa
Arab: ذُو ٱلْقَرْنَيْن, , IPA: [ðuː‿l.qar.najn]) adalah seorang
tokoh dalam Al-Qur'an. Dia juga disebutkan dalam berbagai hikayat dan legenda
rakyat. Kisah Dzulqarnain biasanya berpusat pada masalah pembangunan dinding
yang menghalangi jalan masuk Ya'juj dan Ma'juj dan pengembaraannya ke berbagai
belahan dunia.
Beberapa
penafsir dan sejarawan Muslim telah berusaha mengidentifikasi jati diri
Dzulqarnain dengan beberapa tokoh sejarah. Pendapat paling masyhur menyebutkan
bahwa Dzulqarnain adalah Aleksander Agung, sedangkan beberapa ulama Muslim
modern mengidentifikasikannya dengan Koresy Agung ataupun Sargon Agung, seorang
Raja Akkadia Kuno yang menguasai Mesopotamia Kuno meliputi Sungai Eufrat dan
Sungai Tigris yang sezaman dengan Nabi Ibrahim.[1] Pada umumnya telah
disepakati kedudukan Dzulqarnain sebagai raja dan sifatnya yang saleh, tetapi
masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai status
kenabiannya.
Ayat
"Dan
mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah, 'Akan
kubacakan kepadamu kisahnya.' Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya
di bumi, dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala
sesuatu."
— Al-Kahfi (18): 83-84
Nama
Dzulqarnain
bukanlah nama pribadi, melainkan sebuah julukan. Kata Dzulqarnain sendiri
sering dimaknai sebagai "pemilik dua tanduk." Terdapat beberapa
pendapat dari para ulama tafsir mengenai asal-usul atau alasan penggunaan
julukan ini.
• Kedua sisi batok kepalanya berupa
tembaga dan membentuk seperti tanduk.[2]
• Menjadi penguasa Romawi dan Iran
• Dibunuh dan dihidupkan kembali. Disebutkan
bahwa dia menyeru kaumnya untuk menyembah Allah, tapi dia kemudian dipukul
tanduknya sampai meninggal. Allah menghidupkannya kembali dan dia kembali
menyeru kaumnya. Kaumnya kembali memukul tanduknya lagi sampai meninggal.
• Telah melanglang buana ke sisi barat
dan timur bumi
• Kekuasaannya mencapai dua tanduk
matahari, yaitu dari timur ke barat
"Qarn"
juga dapat diartikan sebagai "periode" atau "abad", dan
nama Dzulqarnain oleh karena itu memiliki makna simbolis sebagai "Dia dari
Dua Zaman".
Kisah[
Al-Qur'an[
Al-Qur'an
menyebut nama Dzulqarnain sebanyak tiga kali.[b] dan kisahnya disebutkan dalam
Surah Al-Kahfi (18): 83-102.
Al-Qur'an
tidak memberikan penjelasan tersurat mengenai asal-usul Dzulqarnain, waktu dia
hidup, atau nama negeri-negeri yang dia kunjungi. Secara garis besar, kisahnya
dalam Al-Qur'an dibagi menjadi empat bagian:
Awalan
“ 18): 83-102. (83) Dan mereka bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Akan kubacakan kepadamu
kisahnya.” (84) Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan
Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu, ”
Perjalanan
ke barat
Al-Kahfi (18): (85) Maka dia pun
menempuh suatu jalan.
Al-Kahfi
(18): (86) Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia
melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana
ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman, “Wahai Zulkarnain!
Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka.”
Al-Kahfi
(18): (87) Dia (Zulkarnain) berkata, “Barangsiapa berbuat zalim, kami akan
menghukumnya, lalu dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, kemudian Tuhan
mengazabnya dengan azab yang sangat keras.
Al-Kahfi
(18): (88) Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka dia
mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan
kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.” ”
Perjalanan
ke timur
Al-Kahfi (18): (89) Kemudian dia
menempuh suatu jalan (yang lain).
Al-Kahfi
(18): (90) Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari (sebelah
timur) didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami
buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya matahari) itu,
Al-Kahfi
(18): (91) demikianlah, dan sesungguhnya Kami mengetahui segala sesuatu yang
ada padanya (Zulkarnain). ”
Qatadah
menyebutkan bahwa kaum yang ditemui Dzulqarnain dalam perjalanan ke timur
tinggal di tanah yang tidak bisa menumbuhkan sesuatu apapun. Apabila matahari
telah terbit, mereka bersembunyi di liang-liang. Mereka keluar dan bekerja saat
matahari terbenam.[5]
Membangun
benteng untuk kaum yang terancam Ya'juj dan Ma'juj
Dzulqarnain
dilukiskan sedang dalam perundingan pembangunan dinding besi Ya’juj dan Ma’juj,
(lukisan miniatur abad ke-16 dari Persia.
Al-Kahfi (18): (92) Kemudian dia
menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
Al-Kahfi
(18): (93) Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya di
belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan.
Al-Kahfi
(18): (94) Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj
itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu
imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan
mereka?”
Al-Kahfi
(18): (95) Dia (Zulkarnain) berkata, “Apa yang telah dianugerahkan Tuhan
kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan,
agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.
Al-Kahfi
(18): (96) Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga ketika (potongan) besi
itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia
(Zulkarnain) berkata, “Tiuplah (api itu)!” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah
seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar
kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).”
Al-Kahfi
(18): Al-Kahfi (18): (97) Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat
mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya.
Al-Kahfi
(18): (98) Dia (Zulkarnain) berkata, “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku,
maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan
janji Tuhanku itu benar.”
Al-Kahfi
(18): (99) Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Yakjuj dan Makjuj) berbaur
antara satu dengan yang lain, dan (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami
kumpulkan mereka semuanya. ”
Disebutkan
bahwa Dzulqarnain sampai di suatu tempat yang terdapat dua gunung berdampingan.
Di antara kedua gunung tersebut terdapat celah yang digunakan Ya'juj dan Ma'juj
untuk masuk. Ya'juj dan Ma'juj (disebut Gog dan Magog dalam Yahudi dan Kristen)
sendiri adalah kaum yang disebutkan suka berbuat kerusakan. Sebagian ulama
menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan Yafits bin Nuh. Kaum yang mendapat
kezaliman dari Ya'juj dan Ma'juj kemudian meminta tolong Dzulqarnain untuk
membuatkan sebuah dinding pembatas di antara mereka agar Ya'juj dan Ma'juj
tidak bisa keluar mengganggu mereka.
Sebuah peta Al-Idrisi (Selatan berada diatas) menunjukkan Ya'juj dan Ma'juj ditutupi dalam pegunungan gelap dibagian kiri-bawah dari daratan Eurasia.
(ald)
sumber : wiki

